IBD : UN 2013 Berantakan, Tanggungjawab Siapa ??


Untuk tulisan IBD kali ini saya agak bingung ingin mengangkat tema tulisan tentang apa. Setiap kali menonton acara berita di televisi, berita yang selalu dibahas dan terhangat pada abad ini (LEBAY..haha :D) adalah mengenai UN 2013 yang porak – poranda. Apa yang sebenarnya terjadi dibalik SKENARIO “PELEMPARAN TANGGUNGJAWAB” oleh para “Pejabat Petinggi Negara” ini ?. Dan disuatu malam, saya terdongo menonton sebuah acara televisi tentang perdebatan masalah UN 2013 yang kacau balau, dimana disana hadir para pejabat – pejabat negara baik DPR maupun Kemendikbud, kemudian perwakilan guru, pengamat pendidikan, budayawan, dan mahasiswa/i pun lengkap menyuarakan pendapatnya di acara tersebut. Saya jadi tergerak untuk mengangkat tema tentang UN dalam tulisan saya ini. Saya hanya ingin sedikit mengulas tentang UN tahun ini.
Apa tujuan sebenarnya diadakan UN? Apa penyebab kacaunya UN tahun ini? Dan siapa yang bertanggungjawab atas kekacauan UN 2013? Yuk kita bahas sedikit..
  “Katanya” sih ya buad menguji materi yang harusnya peserta didik harus ketahui sesuai jenjang pendidikannya, baik itu dipelajari disekolah ataupun tidak. Menurut pemerintah, kita sebagai generasi penerus harus ditingkatkan kecerdasannya, salah satunya melalui UN ini. Namun pada hakikinya ini justru hanya merusak psikis siswa sebelum melaksanakan ujian bernamakan “Ujian Nasional” ini. awalnya UN memang ingin dijadikan sebagai penentu kelulusan. Tapi wakil rakyat di DPR tidak menyetujui hal tersebut, karna UN itu boleh dijadikan sebagai penenetu kelulusan jika peserta didik telah mampu. Namun karna kenyataannya masih banyak sekali yang tidak lulus UN, maka ditetapkan penentu kelulusan adalah 60% nilai sekolah dan 40% nilai UN, dengan standar 5,5. UN harusnya menjadi sama dengan ujian-ujian sekolah lainnya, tapi kenyataanya tidak!. Malah terkesan lebih mengerikan dari ancaman bom di boston. Para siswa dibuat stres duluan dengan UN yang katanya 20 paket, polisi, tentara, brimob dll. Kenapa ga sekalian aja nurunin PBB yaa.. :D haha *ups! Itu sih namanya bukan peningkatan kecerdasan, tapi me-WASPADAI siswa agar tidak menyontek.
Sekolah harusnya menjadi tempat ternyaman bagi para siswa untuk menuntut ilmu. Tapi kenyataannya tidak, karna begitu banyak perkara pendidikan dan kualitas pendidikan itu sendiri menjadi sangat buruk. Entah apa yang ada dibenak para petinggi negara tersebut sehingga membuat ujian tahun ini menjadi 20 paket. Belum lagi masalah keterlambatan sampainya soal ditempat, kekurangan soal, dan kualitas kertas yang “sangat buruk”. Masalah-masalah itu tentu sudah membuyarkan konsentrasi dan semua yang telah siswa pelajari dari jauh-jauh hari sebelumnya. Jadi UN itu bukan hal ketepatan menjawab soal dengan benar lagi, tapi UN itu menjadi hal kehati-hatian menjawab soal agar kertas tidak robek. Bagaimana tidak, lembaran LJK nya saja sangat tipis, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Sangat lebih dari cukup membuyarkan konsentrasi para siswa dalam menjawab soal. Saat ditanya dan diteliti, para pejabat itu malah saling salah menyalahkan. Saling melempar tanggungjawab satu sama lain, dan tidak ada yang mau disalahkan.
Intinya, ini seperti kajahatan kemanusiaan berwujud UN, yang korbannya adalah para generasi penerus bangsa. Jadi, apa tujuan sebenarnya diadakan UN? Entahlah, hanya mereka (pemerintah) yang tahu. Bahkan, apa penyebab dan siapa yang bertanggungjawab atas UN Terburuk ini pun sangat tidak bisa disimpulkan. Entah itu dari kemendikbud, BSNP, panitia lelang, atau percetakan, mari kita lihat saja. Karna kebenaran itu pasti akan terungkap. Sekian dulu pembahasan tentang UN tahun ini, topik-topik selanjutnya telah menunggu.. J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinnamoroll

Resensi Novel Love, Edelweiss, and Me

Demand Paging